Wisata Batik Yogyakarta



Wisata batik adalah program terbaru yang akan dikembangkan oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta di tahun 2010. Mengingat bahwa batik sudah diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya dunia maka pemerintah kota Yogjakarta mengembangkan pariwisata di wilayah yang sudah terkenal sebagai tempat produksi batik di Kota Yogyakarta. Salah satunya adalah Kampung Taman di Kecamatan Kraton.

Batik perlahan memang mulai diakui oleh dunia, wisatawan yang tertarik untuk mengenal lebih jauh tentang batik bukan hanya berasal dari mancanegara, tetapi juga wisatawan nusantara. Wisatawan dalam negeri juga meminati batik, jika berkunjung ke Yogyakarta mereka selalu mencari batik sebagai cenderamata, mereka biasanya mencari batik di Pasar Beringharjo, sebagai pusat penjualan batik. Nantinya ditempat-tempat wisata batik tersebut  para wisatawan akan diajak belajar membatik, dengan begitu diharapkan batik benar-benar menjadi ciri khas Indonesia kepada dunia.
 BATIK MILIK
 INDONESIA !!!!!!!!



 LINDUNGI BUDAYA KITA !!!
Category: 7 comments

Gallery tourism place in jogjaand central java



Pantai Parangtritis merupakan salah satu dari sekian banyak pantai selatan di pulau Jawa. Terletak di Kabupaten Bantul, sejauh ±30 ke arah selatan kota Yogyakarta. Pantai ini memiliki pemandangan yang indah, meskipun ombak disana ada kalanya cukup besar. Angin yang bertiup kencang pada musim-musim tertentu membuat pantai Parangtritis cocok sebagai tempat pelaksanaan festival layang-layang.
Terdapat mitos di pantai Parangtritis dimana adanya kerajaan Ratu Laut Selatan yang sejak dahulu memiliki hubungan dengan Sultan yang memerintah di Yogyakarta dan larangan memakai pakaian berwarna hijau ketika berada di pantai karena diyakini pakaian berwarna hijau merupakan warna kesayangan Ratu Laut Selatan.
Harga tiket masuk ke Obyek Wisata Pantai Parangtritis adalah sebesar Rp. 3.000,-/orang. Pantai Parangtritis dapat ditempuh dengan kendaraan umum seperti bus, travel, dan ojek atau kendaraan pribadi seperti mobil dan sepeda motor.
Category: 11 comments

Pesona kaliurang


Selain Wisata di Pantai, Jogjakarta memiliki wisata alam yang bernuansa pegunungan. Dengan menikmati suasana kaki gunung merapi, anda dapat merasakan kesejukan alam dan mata akan dimanjakan oleh pemandangan yang indah di daerah ini.


Kaliurang merupakan sebuah daerah di Utara Yogyakarta yang menjadi salah satu alternatif bagi anda yang sedang menikmati wisata di Jogja. Di daerah Kaliurang ini anda dapat menikmati pemandangan gunung merapi yang terlihat sangat jelas, selain itu juga anda dapat menikmati pemandangan kota Jogja, atau anda juga dapat menikmati hutan dan air terjun yang segar.

Mungkin inilah salah satu kelebihan yang dimiliki Yogyakarta sebagai kota wisata, karena memiliki suasana pantai dan pegunungan yang tidak terlalu jauh jaraknya. Dari Kota Jogja, anda dapat mencapai daerah Kaliurang dalam waktu 30 menit dengan menggunakan kendaraan pribadi dan 45 menit jika menggunakan kendaraan umum (bis atau mobil colt)

Fasilitas dan Hiburan di Kaliurang
Untuk meningkatkan daya tarik wisata datang ke daerah ini, maka kaliurang memiliki sejumlah tempat rekreasi, diantarnya: Taman Bermain Anak – Anak, Arena Hiburan Telaga Putri, Menara Pandang yang dapat menikmati gunung merapi dari dekat, Kereta Kelinci untuk berkeliling sambil menikmati daerah kaliurang yang sejuk dan segar, serta dilengkapi dengan sarana hotel dan penginapan yang terjangkau.

Makanan Khas
Setelah anda menikmati indahnya daerah kaliurang, anda jangan terburu - buru pulang ke kota Jogja sebelum


membeli oleh -oleh. Apa saja yang anda bisa dapatkan khas di kaliurang ini?? Makanan ciri khas di daerah ini adalah tempe jadah. Tempe disini berupa tempe bacem yang sangat manis, dipadu dengan jadah yang berasa gurih, serta dibungkus daun pisang. Sehingga jika di makan secara bersamaan, maka akan serasa menyatu rasa gurih dan manis, apalagi jika dimakan selagi panas. hmmm...

Untuk dapat menikmati makanan tempe jadah ini, tidaklah terlalu mahal. Harga dari tempe jadah ini berkisar 5rb - 20rb tergantung paket (maksud paket adalah 5 tempe dan 5 jadah) atau bisa paket 5 tempe 10 jadah, sesuai selera kita.


Category: 2 comments

Malioboro Gallery

Malioboro 2001 Malioboro 1800.Nama Malioboro berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti karangan bunga. Konon, jalan ini memang selalu dipenuhi bunga saat perayaan atau upacara tertentu. Malioboro 1980. Suasana kuno Malioboro masih terasa dengan masih berdirinya gedung-gedung dan bangunan tua peninggalan jaman Belanda. Malioboro 2000. Renovasi gedung-gedung baru membuat romantika Malioboro kuno makin tak terasa. Malioboro kini adalah Malioboro yang modern dan semrawut. Tapi Malioboro tetap saja membuat rindu.


Category: 4 comments

SEJARAH GUNUNGKIDUL


Anda warga Gunungkidul atau tertarik dengan pesona Gunungkidul, sebaiknya mengetahu sejarah singakat Gunungkidul. Menurut sejarah, Gunungkidul diawali dengan adanya sebagian pelarian dari Kerajaan Majapahit yang kemudian menetap di Gunungkidul. Diawali dari wilayah Pongangan Nglipar dan Karangmojo, maka perkembangan penduduk di Kabupaten Gunungkidul pada waktu itu cepat di dengar oleh Raja Mataram Sunan Amangkurat Amral yang berkedudukan di Kartosuro.
Utusan dari Kartosuro
Pada saat itu Sang Raja langsung mengutus Senopati Ki Tumenggung Prawiropekso agar membuktikan kebenaran berita tersebut. Setelah datang ke Gunungkidul, ternyata benar bahwa di Gunungkidul telah banyak dihuni orang-orang pelarian dari Majapahit, antara lain Ki Suromejo.
Terbunuhnya Ki Suromejo
Tumenggung Prawiropekso kemudian menasehati pada Ki Suromejo untuk meminta ijin dulu dengan Raja Mataram di Kartosura, karena daerah ini termasuk wilayah kekuasaan Raja Mataram. Namun tidak digubris, sehingga menimbulkan perselisihan. Perselisihan itu menyebabkan Ki Suromejo dan keluarganya, yaitu Ki Mintowijoyo, Ki Poncobenawi, Ki Poncosedewa (anak menantu) terbunuh, dan Ki Poncodirjo akhirnya menyerahkan diri.
Oleh Pangeran Samber Nyowo, Ki Poncodirjo diangkat menjadi Bupati Gunungkidul I, namun tidak lama menjabat. Dikarenakan adanya penentuan batas daerah Gunungkidul antara Sultan dan Mangkunegaran II pada tanggal 13 Mei 1831, maka Gunungkidul yang dikurangi Ngawen sebagai enclave Mangkunegaran telah menjadi daerah kabupaten.
Peprentahan Projo Kejawen
Menurut buku “PEPRENTAHAN PROJO KEJAWEN” karangan Mr.Raden Mas Suryadiningrat, berdirinya Kabupaten Gunungkidul yang telah memiliki sistem pemerintahan itu, ternyata bersamaan dengan tahun berdirinya daerah-daerah lain di wilayah Yogyakarta, yaitu setahun setelah selesainya perang Diponegoro. Perbedaan yang ada hanyalah untuk pemberian sebutan kepada para pengageng atau penguasa, seperti untuk daerah Denggung yang sekarang Sleman, kemudian daerah Kalasan serta daerah Bantul dengan sebutan Wedono Distrik, sedang untuk wilayah Sentolo dan Gunungkidul dengan sebutan Riyo.
Dari : mbah sunar di Wonosari.com
Category: 1 comments

SEJARAH Wayang di Indonesia





wayang berasal dari kata wayangan
yaitu sumber ilham dalam menggambar wujud tokoh dan cerita
sehingga bisa tergambar jelas dalam batin si penggambar
karena sumber aslinya telah hilang
(yang ngilangin bukan saya, lhoo . . . :-) :-) )

di awalnya, wayang adalah bagian dari kegiatan religi animisme
menyembah 'hyang', itulah inti-nya
dilakukan antara lain di saat-saat panenan atau taneman
dalam bentuk upacara ruwatan, tingkeban, ataupun 'merti desa'
agar panen berhasil atau pun agar desa terhindar dari segala mala
(masih ingat lakon 'sudamala', kan?)

di tahun (898 - 910) M wayang sudah menjadi wayang purwa
namun tetap masih ditujukan untuk menyembah para sanghyang
seperti yang tertulis dalam prasasti balitung
sigaligi mawayang buat hyang, macarita bhima ya kumara
(terjemahan kasaran-nya kira-kira begini :
menggelar wayang untuk para hyang
menceritakan tentang bima sang kumara)

di jaman mataram hindu ini,
ramayana dari india berhasil dituliskan dalam bahasa jawa kuna (kawi)

pada masa raja darmawangsa, 996 - 1042 M
mahabharata yang berbahasa sansekerta delapan belas parwa
dirakit menjadi sembilan parwa bahasa jawa kuna

lalu arjuna wiwaha berhasil disusun oleh mpu kanwa
di masa raja erlangga

sampai di jaman kerajaan kediri dan raja jayabaya
mpu sedah mulai menyusun serat bharatayuda
yang lalu diselesaikan oleh mpu panuluh
tak puas dengan itu saja,
mpu panuluh lalu menyusun serat hariwangsa
dan kemudian serat gatutkacasraya

menurut serat centhini,
sang jayabaya lah yang memerintahkan menuliskan ke rontal
(daun lontar, disusun seperti kerai, disatukan dengan tali)
di jaman awal majapahit wayang digambar di kertas jawi
(saya juga tidak tahu, apa arti 'kertas jawi' ini )
dan sudah dilengkapi dengan berbagai hiasan pakaian

masa-masa awal abad sepuluh
bisa kita sebut sebagai globalisasi tahap satu ke tanah jawa
kepercayaan animisme mulai digeser oleh pengaruh agama hindu
yang membuat 'naik'-nya pamor tokoh 'dewa'
yang kini 'ditempatkan' berada di atas 'hyang'

abad duabelas sampai abad limabelas
adalah masa 'sekularisasi' wayang tahap satu
dengan mulai disusunnya berbagai mithos
yang mengagungkan para raja sebagai keturunan langsung para dewa

abad limabelas adalah dimulainya globalisasi jawa tahap dua
kini pengaruh budaya islam yang mulai meresap tanpa terasa
dan pada awal abad keenambelas berdirilah kerajaan demak
( 1500 - 1550 M )

ternyata banyak kaidah wayang yang berbenturan dengan ajaran islam
maka raden patah memerintahkan mengubah beberapa aturan wayang
yang segera dilaksanakan oleh para wali secara gotongroyong
wayang beber karya prabangkara (jaman majapahit) segera direka-ulang
dibuat dari kulit kerbau yang ditipiskan
(di wilayah kerajaan demak masa itu,
sapi tidak boleh dipotong
untuk menghormati penganut hindu yang masih banyak
agar tidak terjadi kerusuhan berthema sara . . . )
gambar dibuat menyamping, tangan dipanjangkan,
digapit dengan penguat tanduk kerbau, dan disimping

sunan bonang menyusun struktur dramatika-nya
sunan prawata menambahkan tokoh raksasa dan kera
dan juga menambahkan beberapa skenario cerita
raden patah menambahkan tokoh gajah dan wayang prampogan
sunan kalijaga mengubah sarana pertunjukan yang awalnya dari kayu
kini terdiri dari batang pisang, blencong, kotak wayang, dan gunungan
sunan kudus kebagian tugas men-dalang
'suluk' masih tetap dipertahankan,
dan ditambah dengan greget saut dan adha-adha

pada masa sultan trenggana
bentuk wayang semakin dipermanis lagi
mata, mulut, dan telinga mulai ditatahkan
(tadinya hanya digambarkan di kulit kerbau tipis)

susuhunan ratu tunggal, pengganti sultan trenggana, tidak mau kalah
dia ciptakan model mata liyepan dan thelengan
(joan crawford pun mestinya bayar royalti pada dia, nih !)
selain wayang purwa sang ratu juga memunculkan wayang gedhog
yang hanya digelar di lingkungan dalam keraton saja
sementara untuk konsumsi rakyat jelata
sunan bonang menyusun wayang damarwulan

jaman kerajaan pajang memberikan ciri khas baru
wayang gedhog dan wayang kulit mulai ditatah tiga dimensi
(mulai ada lekukan pada tatahan)
bentuk wayang semakin ditata :
raja dan ratu memakai mahkota/topong
rambut para satria mulai ditata, memakai praba
dan juga mulai ditambahkan celana dan kain
di jaman ini pula lah sunan kudus memperkenalkan wayang golek dari kayu
sedang sunan kalijaga menyusun wayang topeng dari kisah-kisah wayang gedog
dengan demikian wayang gedog pun sudah mulai memasyarakat di luar keraton

di masa mataram islam wayang semakin berkembang
panembahan senapati menambahkan berbagai tokoh burung dan hewan hutan
dan rambut wayang ditatah semakin halus

sultan agung anyakrawati menambahkan unsur gerak pada wayang kulit
pundak, siku, dan pergelangan wayang mulai diberi sendi
posisi tangan berbentuk 'nyempurit'
dengan adanya inovasi ini muncul pula tokoh baru :
cakil, tokoh raksasa bertubuh ramping yang sangat gesit dan cekatan

sultan agung anyakrakusuma, pengganti beliau, ikut menyumbang
bentuk mata semakin diperbanyak
dan pada beberapa tokoh dibuat beberapa wanda (bentuk)
setelah semua selesai dilaksanakan, diciptakan seorang tokoh baru
raksasa berambut merah bertaji seperti kuku
yang akhirnya disebut 'buta prapatan' atau 'buta rambutgeni'
(catatan hms :
mungkinkah ini ada kaitannya
dengan berdirinya voc di tahun 1602 ? )

berbagai inovasi dan reka-ulang wayang masih terus berlangsung
dari jaman mataram islam sampai jaman sekarang
a.l. dengan munculnya ide-ide 'nyeleneh' para dhalang
berbagai peralatan elektronis mulai ikut berperan
dalam tata panggung maupun perangkat gamelan
begitu pula dalam hal tata pakaian yang dikenakan
oleh ki dhalang, pesinden, maupun para juru karawitan



dalam hal skenario-nya pun senantiasa ada pergeseran
sehingga kini sudah semakin sulit dihakimi
mana yang cerita 'pakem' dan mana 'carangan'
(cerita tentang asal-usul semar, misalnya,
ada beberapa versi yang semuanya layak untuk dipelajari )
tapi siapa sih yang bisa disebut 'berwenang menghakimi' ?

walau demikian, garis besar struktur dramatika-nya agaknya relatif tetap
pathet nem, pathet sanga, lalu pathet manyura
relatif standar dan tetap
seperti juga mengenai inti filsafatnya sendiri :
wayang adalah perlambang kehidupan kita sehari-hari

di sunting dari : Cerita Wayang
Category: 0 comments

Gethuk, makanan khas Magelang, Jawa Tengah



Kota Magelang adalah sebuah kota yang penuh dengan berbagai kekayaan budaya dan kulinernya yang sudah terkenal hampir di seluruh di Indonesia. Salah satu kuliner khasnya adalah ‘gethuk’. Hampir semua orang pasti mengenal makanan ini. Tampilannya sangat menggoda. Biasanya gethuk berwarna coklat, hijau (pandan), merah muda, dan kombinasi putih dan coklat. Ada juga gethuk yang dibuat bulat – bulat hanya dengan campuran gethuk asli dan gula jawa, yang teksturnya lebih kasar daripada gethuk yang lain. Gethuk biasanya disajikan dengan parutan kelapa di atasnya, sehingga menambah cita rasa gurih. Rasanya yang sangat lezat membuat ketagihan orang yang memakannya.
Di setiap sudut Kota Magelang selalu ada pusat oleh – oleh yang di dalamnya pasti menjual gethuk. Tak heran jika Kota Magelang dijuluki sebagai Kota Gethuk. Ya, memang Magelang adalah satu wilayah yang mempunyai kebun singkong terluas. Dimana singkong merupakan bahan dasar pembuatan gethuk. Sehingga gethuk menjadi makanan khas Kota Magelang dan Magelang menjadi sentra pembuatan gethuk.
Gethuk di Magelang terasa berbeda dibanding gethuk yang lain, meskipun bahan dasarnya sama. Bahan – bahan pembuatan gethuk antara lain singkong yang sudah dikukus, gula pasir halus, margarine, vanili, dan bubuk coklat. Bahan – bahannya sangat sederhana bukan?
Langkah pertama membuatnya adalah menghaluskan singkong kukus, lalu dimasukkan ke dalam food processor dan ditambahkan gula, margarin, serta vanili. Setelah itu campuran digiling hingga tercampur rata. Langkah selanjutnya dalam membuat gethuk adalah membagi adonan menjadi dua bagian. Bagian yang pertama dibiarkan putih, sedangkan yang satunya dicampur dengan bubuk coklat. Kemudian adonan yang putih digiling tipis sekitar 3 mm, begitu juga adonan yang coklat. Berikutnya, adonan yang putih diletakkan di lapisan pertama, lalu ditumpuk dengan adonan coklat. Setelah itu, adonan tersebut ditekan sedikit sambil digulung dan dipadatkan. Untuk membuat gethuk yang berwarna hijau dan merah muda, cukup ditambahkan pewama secukupnya. alami maupun buatan tergantung pembuatnya. Untuk mendapatkan kualitas gethuk yang benar – benar bagus, setelah langkah terakhir, gethuk didiamkan sejenak baru setelah itu, gethuk dipotong-potong sesuai ukuran yang diinginkan.
Itu merupakan langkah terakhir pembuatan gethuk. Setelah itu, gethuk sudah bisa disajikan dengan taburan parutan kelapa di atasnya. Taburan parutan kelapa di atasnya membuat cita rasa gethuk lebih bevariasi. Kombinasi rasa manis dan gurih sangat merangsang lidah dan membuat ketagihan orang yang mencobanya. Teksturnyapun lembut dan halus, sehinggar memungkinkan semua usia dapat mengkonsumsi makanan ini.
Harga makanan ini sangat bersahabat, mulai clan Rp 5.000,- sampai Rp 10.000,00. tergantung porsi yang diminta. Porsi kecil, sedang, dan besar. Itu sebabnya, semua kalangan dapat menikmati gethuk.
Tidak banyak orang yang mengetahui asal – usul pembuatan gethuk di Magelang, tetapi kabarnya gethuk yang paling enak adalah gethuk yang dibuat oleh Mbah Ali Gondhok, sekitar tahun 1940-an. Kabar kenikmatan gethuk tersebut sudah tersebar sampai ke luar Kota Magelang. Setelah Mbah Ali meninggal, usaha pembuatan gethuk diteruskan oleh anak, cucu, bahkan sampai cicit-cicitnya.
Sekarang di Magelang telah banyak merek – merek gethuk terkenal. Namun, berbagai macam merek gethuk tersebut, adalah asli khas Kota Magelang. Masalah gethuk terenak saat ini, tergantung lidah masing – masing pengkonsumsinya. Apapun bentuknya, gethuk tetap menjadi makanan khas Kota Magelang yang mempunyai cita rasa tersendiri, yang mencerminkan kesederhanaan Kota Magelang yang selalu memukau setiap orang.
Category: 0 comments

DRAMA MERAPI

Setelah Gunung merapi erupsi ternyata belum berakhir drama-drama sang Merapi. awan hitam di langit, rintik hujan, suara-suara informasi dan raungan sirene berseliweran di pesawat HT (handy talky), serta wajah-wajah tegang para relawan, adalah indikasi bahwa sedang terjadi sesuatu di atas, yakni Gunung Merapi.

Banjir lahar dingin siap menerjang apa yang dia anggap menghalangi jalannya. ini musibah tapi tak sekedar musibah. air bercampur material dari Gunung Merapi datang, ini menjadi tontonan yang menarik yang sayang juga bila dilewatkan...

Sungai putih adalah salah satu sungai yang di lewati oleh banjir lahar dingin. karena banyaknya material yang dibawa dari puncak Merapi sungai ini meluap sampai ke jalan Jogja-Magelang di gempol, salam , Magelang. tidak cukup meluap ke jalan raya tetapi juga merendam beberapa rumah warga disekitar aliran sungai putih.
Category: 0 comments

Sekaten Ceremony Yogyakarta

The Sekaten Ceremony commemorates the birth of prophet Mohammad and is one of the most popularly celebrated festivals in Yogyakarta. The festival takes place in the month of Mulud in the Javanese calendar and it continues for one whole week. The Georgian calendar has it on the month of June.

Features of the Sekaten Ceremony, Yogyakarta:

- There is a special midnight parade in which the Royal Sevants or the Abdi Dalem marches from Ponconiti hall. They carry two sets of Gamelan that are called Kyai Nogowilogo and Kyai Gunturmadu. These Gaelans are considered to be sacred and people flock to hear the Gamelans being played at the Grand Mosque also known as the Masjid Agung. The two Gamelans are played simultaneously for seven long days and they are finally returned at Karaton. They believe that hearing the gamelans will bring them good luck and health. The parade that continues from the Palace to the Grand Mosque is colorful and vivacious and people line to watch the famous march.

- There are also performances of folksongs and traditional folk music held on the first day.

- Special food like Nasi Gurih and Endhok Abang especially for this special religious festival. Gunungan or rice mountains are also made at the termination of the ceremony. It is made of vegetables, peanuts, eggs, sticky rice and red pepper. This traditional dish is said to symbolize prosperity and the wealth of Mataram kingdom.

- A night fair is held at Alum Alun Utara for almost over a month. Native people as well as the tourists flock at this colorful fair.

- The Saketan festival finally culminates into the Gerebeg Mulud and this is characterized by a parade of the Palace Guard comprising of ten units.

If you are visiting Yogyakarta in June, you will enjoy watching the Sekaten Ceremony. The entire place is dressed up in a festive mood the parades and the night fairs will really bring you closer the local traditions and customs.

Category: 1 comments